Beware of fraudulent recruiters and investment scams! They are posing as SKALE employees, and they have malicious intent. Do not engage with them. Please report these suspicious activities at hello@skale.today

Pengusaha Indonesia Adalah ‘Wong Edan yang Genius’

Table of Contents

Pengusaha Indonesia yang memulai perusahaan, tidak diragukan lagi, adalah ‘Wong Edan’. Dan pengusaha Indonesia yang memulai lebih dari satu perusahaan? Mereka tidak lain adalah ‘Wong Edan Tenan’!

Kenapa? Karena memulai sebuah perusahaan sangatlah sulit! Kenapa tidak seperti orang-orang Indonesia normal lainnya saja, yang bercita-cita menjadi PNS, atau pegawai Bank?

Pengusaha Indonesia bersedia mengambil risiko uang, kegagalan, dan reputasi saat memulai perusahaan mereka. Mereka juga bersedia merasa tidak nyaman sepanjang waktu. Perjalanan membangun sebuah perusahaan bisa jadi adalah perjalanan paling edan dalam hidup mereka!

Berikut 4 alasan kenapa pengusaha Indonesia adalah ‘Wong Edan yang Genius’.

1. Mereka Berani Mengambil Risiko

Membangun perusahaan tidaklah mudah. Semua orang tahu itu. Tetapi salah satu kesamaan dari banyak pengusaha Indonesia yang sukses adalah mereka berani mengambil risiko dan menanganinya. Mereka tahu bahwa untuk membangun sebuah perusahaan yang sukses melibatkan pengambilan risiko.

Banyak pengusaha Indonesia yang mengambil risiko untuk mencapai kesuksesannya. Dalam mengambil risiko, bagaimanapun, tidak berarti mereka hanya modal nekat lalu mengharapkan hasil yang bagus. Mereka juga membuat perencanaan yang matang dan kerja keras.

Seperti yang dilakukan Ferry Unardi, Co-Founder dan CEO Traveloka. [restrict]

Photo Source: Finansialku.com

Ferry Unardi mengambil risiko dengan memutuskan untuk drop out dari Business School Harvard dan membangun Traveloka.

Ide bisnis Unardi yang inovatif untuk membangun Traveloka muncul berdasarkan pengalamannya ketika dia berada di Amerika dan mencoba untuk memesan tiket pesawat ke Indonesia. Kemudian Unardi mencoba memahami sistem reservasi penerbangan di Indonesia.

Tapi mengapa Unardi berani mengambil keputusan drastis untuk keluar dari sekolah bisnis paling terkenal di dunia?

Unardi merasa bahwa Harvard tidak cocok untuknya. Dia telah melihat peluang bisnis, dan merasa bahwa bekerja sama dengan rekannya, Derianto dan Albert, mereka dapat menciptakan dampak.

Dari sinilah Unardi memutuskan untuk membangun Traveloka. Unardi tahu bahwa itu adalah keputusan dengan risiko besar.

Tetapi Unardi percaya bahwa dia cukup muda untuk melakukan kesalahan, dan saat itu adalah waktu yang tepat.

Benar saja, saat ini Traveloka adalah perusahaan online yang sangat sukses setelah menerima dukungan investor senilai lebih dari US1 miliar. Dengan Traveloka, Unardi telah mengubah cara kerja industri perjalanan di Indonesia dan sekitarnya. Hal ini karena keberaniannya dalam mengambil risiko yang edan!

2. Mereka Memahami Permasalahan di Indonesia

Pengusaha Indonesia tahu bahwa jika mereka ingin memberi dampak pada ratusan atau jutaan penduduk Indonesia, mereka harus melakukan sesuatu yang berbeda.

Jika mereka melihat semua permasalahan di Indonesia sebagai masalah infrastruktur, mereka tidak dapat membuat dampak karena memerlukan banyak usaha. Tetapi ketika mereka mengubah masalah ini menjadi masalah pengetahuan, tiba-tiba saja masalahnya dapat ditangani.

Di Indonesia, jumlah kepemilikan kartu kredit masih di bawah 3%. Enam puluh juta penduduk Indonesia memiliki rekening bank, dan terdapat 100 juta pengguna internet. Terlihat adanya kesenjangan besar antara mereka yang telah online, tetapi masih tidak dapat melakukan pembayaran online.

Lalu bagaimana selama ini penduduk Indonesia melakukan pembayaran? Untuk menyelesaikan tagihan seperti listrik, air, atau internet, orang Indonesia biasanya menggunakan ATM, mobile banking, atau membayar tunai melalui agen, misalnya di Alfamart dan Indomaret.

Karena penetrasi kartu kredit yang rendah inilah, jauh lebih sulit untuk melakukan transaksi online di Indonesia jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya.

Photo Source: Hitsss.com

Permasalahan ini yang dipahami benar oleh William Tanuwijaya, Co-founder dan CEO Tokopedia.

Di Indonesia tidak ada solusi yang jelas untuk pembayaran dalam lingkup online, sehingga pembeli tertahan dengan pilihan. Tanuwijaya menawarkan solusi yang inovatif dan efisien untuk permasalahan ini dengan membangun Tokopedia, e-commerce yang menawarkan banyak opsi pembayaran.

Pembeli tidak harus mempunyai kartu kredit dan ATM untuk melakukan pembayaran. Tanuwijaya menawarkan opsi pada pembeli untuk membayar di gerai-gerai seperti Indomart dan Alfamart atau bahkan melakukan pembayaran dengan sistem cash-on-delivery (COD). Sistem seperti ini yang memungkinkan pembeli melakukan pembayaran secara tunai ke orang yang mengirimkan barang.

Pengusaha Indonesia bukan hanya orang yang memulai sebuah perusahaan tetapi mereka adalah orang yang benar-benar dapat memecahkan permasalahan.

Seseorang yang melihat masalah adalah manusia; seseorang yang menemukan solusi adalah visioner; dan orang yang bangkit dan melakukan sesuatu tentang permasalahan adalah seorang pengusaha edan!

3. Mereka Berpikir Tentang Masa Depan

Pengusaha Indonesia melihat jauh ke depan, terlepas apakah mereka secara khusus berfokus pada teknologi baru atau tidak. Mereka belajar bagaimana memperkirakan masa depan dengan tepat. Mereka selalu berpikir tentang masa depan, dan hal ini mengharuskan mereka menginvestasikan waktu mereka untuk memperkirakan tren.

Pengusaha Indonesia berpikir tentang seperti apa kehidupan penduduk Indonesia di masa depan. Mereka bertanya kepada orang-orang tentang apa kebutuhan mereka yang sedang berkembang.

Mereka terus mencari tahu tantangan apa yang dihadapi orang-orang, memikirkan solusinya dalam waktu singkat dan memastikan orang bersedia untuk membayar solusi tersebut.

Mereka menyadari bahwa cara berpikir telah berubah dari linier menjadi eksponensial. Mereka cukup rendah hati untuk mengetahui bahwa apa yang berhasil kemarin mungkin tidak akan berhasil hari ini. Dan mereka harus bersedia mengambil risiko, meskipun dengan informasi yang tidak sempurna.

Pengusaha Indonesia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan mempunyai pemikiran yang terbuka. Mereka lebih cocok disebut seorang yang inovatif daripada seorang yang ahli. Mereka berpikir jangka panjang dan mengeksekusinya dengan cepat.

Photo Source: Tempo.co

Indonesia akan menjadi negara dengan ekosistem digital terbesar di Asia Tenggara. Hal ini dapat dicapai karena peran pemain lokal yang semakin meningkat di bidang e-commerce, seperti Nadiem Makarim, Co-founder dan CEO Go-Jek.

Makarim telah meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan meningkatkan efisiensi dan memungkinkan orang untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Go-Jek, yang dimulai sebagai layanan ojek sepeda motor pada tahun 2010, sekarang menawarkan segalanya, mulai dari pengiriman makanan hingga pijat dan pembersihan rumah. semua sesuai permintaan dan tersedia melalui satu aplikasi super edan!

Perkembangan Go-Jek saat ini adalah karena kemampuan Makarim untuk memprediksi tren masa depan sehingga menjadikan perusahaannya satu langkah lebih maju daripada pesaing-pesaingnya.

4. Mereka Tidak Takut dengan Kegagalan

Beberapa risiko mungkin tidak membuahkan hasil, tetapi pengusaha Indonesia adalah pengambil risiko yang optimis yang selalu melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar. Kemauan mereka untuk bereksperimen dengan ide-ide baru adalah kunci untuk pertumbuhan bisnis mereka.

Kegagalan mengajarkan mereka cara berpikir dan merencanakan bisnis mereka secara lebih strategis. Mereka tahu bahwa tidak semua risiko itu baik, dan ketika mereka gagal, mereka mengambil pelajarannya dan tetap melanjutkan rencana lain.

Photo Source: http://mybiography124.blogspot.com

Kegagalan juga pernah terjadi pada Achmad Zaky, Co-founder dan CEO Bukalapak. Kegagalan pertama Zaky dalam berwirausaha adalah bisnis mie yang dia jalankan dari uang tabungan dan uang hasil dari memenangkan kompetisi komputernya.

Zaky ingin menjual mie bagi mahasiswa. Tetapi dia gagal karena kurangnya pengalaman. Zaky ingin membuka toko mie yang enak dan murah, tetapi itu menyebabkan bisnisnya memiliki margin rendah, dan menghasilkan layanan di bawah standar.

Zaky tidak menyerah sampai di situ. Tahun berikutnya, Zaky memanfaatkan keterampilan komputernya untuk mendirikan software house yang diberi nama Deft Technology.

Timnya memenangkan Indosat Wireless Innovation Contest pada tahun 2007 dan meraih penghargaan prestasi di Indonesia ICT Awards setahun kemudian. Zaky menjalankan perusahaan tersebut selama dua tahun dan kemudian berganti nama menjadi Suitmedia, yang menawarkan jasa kreatif dan konsultasi di sektor teknologi.

Tim yang sama membangun Bukalapak sebagai proyek sampingan. Awalnya Bukalapak dimaksudkan untuk menjadi produk portofolio untuk dipamerkan kepada klien. Ternyata Batavia Incubator tertarik untuk berinvestasi di Bukalapak.

Menyadari bahwa ada ruang di pasar e-commerce untuk diisi, Zaky mengambil proyek ini secara penuh.

Kegagalan membuat Zaky terus memperbaiki diri dan menajamkan nalurinya.

Saat ini Bukalapak mengawasi lebih dari Rp500 juta (US $ 43.000) dalam transaksi di pasar belanja online-nya setiap harinya. Edan!

Pengusaha sejati adalah apa yang dianggap masyarakat sebagai ‘Wong Edan’. Ketika seorang pengusaha memberi tahu seseorang tentang sesuatu yang tidak ada, orang-orang memiliki hak untuk berpikir pengusaha tersebut gila. Tetapi ketika seorang pengusaha mewujudkannya dan orang lain akhirnya dapat melihatnya maka pengusaha tersebut telah menjadiWong Edan yang genius’!

Tindakan Untuk Diambil:

Hanya manusia yang memiliki rasa takut di dalam dirimu. Tetapi belajar mengatasi rasa takut itu dapat menguntungkan anda dan lompatan bisnis anda. Singkirkan rasa takut dan pergilah mimpi anda! Hanya dengan begitu anda akan tahu kehidupan makna dan tujuan.

[/restrict]

The FMCG Marketer's Guide to First-party Data Collection

Share this article:

Other articles

new

Challenge GRiD wanted to grow their mall footfall and have a deeper understanding of their shoppers. Solution GRiD tapped SKALE to launch a loyalty program

Read More »

GRiD Case Study

Challenge GRiD wanted to grow their mall footfall and have a deeper understanding of their shoppers. Solution GRiD tapped SKALE to launch a loyalty program

Read More »